Workshop Pengelolaan Layanan Difabel di Perpustakaan

Layanan publik yang manfaatnya bisa di rasakan kepada semua orang adalah dambaan setiap manusia karena masyarakat yang heterogen ekonomi, sosial dan kondisi fisik sangat beragam adanya. Demikian juga perpustakaan yang merata dan berkeadilan sosial sangat di butuhkan oleh masyarakat luas, khususnya untuk para penyandang disabilitas yang selama ini termarginalkan.

 

Seiring dengan bertambahnya jumlah mahasiswa yang kuliah di kampus hijau ini yang sebentar lagi akan bermetamorfosis dari Institut Agama Islam Negeri Ponorogo menjadi Universitas Islam Negeri Ponorogo ini, maka langkah demi langkah di tempuh untuk mewujudkan pelayanan masyarakat yang berkeadilan sosial. Melalui Workshop Pengelolaan Layanan Difabel di perpustakaan dengan tema ”Membangun Layanan Inklusif melalui Perpustakaan” di harapkan mampu memenuhi kebutuhan literasi masyarakat secara merata. Workshop ini dimoderatori oleh Eny Supriati, M.Pd. (Pustakawan Ahli Muda IAIN Ponorogo).

 

Untuk itu maka Institut Agama Islam negeri Ponorogo mengambil langkah-langkah untuk mewujudkan hal tersebut. Kegiatan hari ini menjadi bukti bahwa kampus Institut Agama Islam Negeri Ponorogo melalui Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan yang di gawangi oleh Alwan Wibawanto, S.Th.I, S.I.P, ME selaku Kepala Perpustakaan mendukung terciptanya keadilan sosial dalam berliterasi di masyarakat.

 

“Yang menjadi motivasi kami adalah sejak tahun 2008 sudah ada mahasiswa yang difabel dan ternyata selalu ada dari tahun ke tahun selalu ada, sehingga layanan difabel sudah mulai harus difikirkan. Dan pelayanan difabel ini harus ada sebagai bentuk layanan kepada masyarakat” ujar Alwan Wibawanto. Kegiatan yang dilakukan selama sehari ini, pada 12 Juli 2023 tersebut di buka oleh Kepala Biro Administrasi Umum, Akademik dan Kepegawaian Institut Agama Islam Negeri Ponorogo Dr.H. Samsi, M.M. “Kegiatan ini merupakan kesetaraan bagi manusia, layanan yang baik adalah yang memadai termasuk menampung para pengguna termasuk penyandang disabilitas, baik secara aplikasi maupun sarpras secara fisik dan tidak boleh petugas memberikan layanan yang tidak ramah. Mulai tahun 2009 pemerintah sudah mulai memperhatikan sarana dan prasarana untuk penyandang disabilitas ” ujar samsi. Peserta yang hadir adalah dari kampus perguruan tinggi islam negeri sejawa timur, sekolah menengah sekitar kampus, kepala desa yang memiliki masyarakat yang sebagian masyarakatnya ada yang mengalami keterbatasan fisik serta para pustakawan dan pengelola perpustakaan lainnya.

 

Selanjutnya Workshop ini ini materinya di sampaikan oleh ibu Dr. Hj. Labibah, M.Lis selaku Kepala Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beliau juga, dosen sekaligus menjabat Ketua Asosiasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam (APPTIS). Beliau mengatakan “Aksesibilitas perpustakaan untuk para penyandang disabilitas tidak usah menunggu sarpras lengkap, sebaiknya segera saja diwujudkan seadanya dulu sambil jalan pelan-pelan dilengkapi sarpras nya ujar labibah